Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Iptek > Sinergi Lawan Hoax; Gaungnya Keras Dari Kampus UI

Sinergi Lawan Hoax; Gaungnya Keras Dari Kampus UI

Iptek | Senin, 4 Februari 2019 | 18:45 WIB
Editor : ARUL Muchsen

BAGIKAN :
Sinergi Lawan Hoax; Gaungnya Keras Dari Kampus UI

Milenial Anti Hoax : Mikir Waras Ga Pakai Hoax

Depok, Kabarindo– Hampir 500an Generasi Muda bertempat di Auditorium Vokasi, UI, Klinik Digital Vokom UI bersama Divisi Humas Polri menyelenggarakan seminar “Milenial Anti Hoax : Mikir Waras Ga Pakai Hoax.”

Kegiatan ini menghadirkan pembicara yaitu Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jendral Polisi Mohammad Iqbal, SIK.,MH; Kepala Biro Multimedia Divisi Humas Polri Brigadir Jendral Polisi Drs. Budi Setyawan,M.Si; Kepala Biro Misi Internasional Divisi Hubungan Internasional Polri Brigadir Jendral Polisi Krishna Murti SIK,M.Si; Iwan Setiawan, pengamat media sosial; Tim Kampanye Presiden Fiktif, Dildo; Devie Rahmawati, Pengamat Sosial Vokasi UI. Kegiatan yang dipandu oleh Rori Asyari ini dihadiri lebih dari 400 peserta. Sesuai dialog dengan para pembicara, kegiatan ditutup dengan deklarasi bersama Millenial Anti Hoax dari rilis yang baru saja diterima redaksi.

“Diperlukan kerjasama semua pihak untuk dapat mencegah meluasnya bahaya Hoax, termasuk mahasiswa di kampus,” ujar Iqbal dalam pembukaannya. Sedangkan Krisna Murti memaparkan secara rinci tentang apa, siapa, mengapa dan bagaimana sebuah hoax dapat tercipta dan tersebar luas di masyarakat. Sedangkan Budi Setyawan memaparkan tentang UU ITE yang dapat menjadi mekanisme pengendalian dari penyebaran informasi yang tidak bertanggung jawab di dunia digital.

“Kami menyelenggarakan kegiatan ini di kampus,karena kami yakin mahasiswa dapat menjadi agen perubahan di masyarakat. Mengingat para mahasiswa adalah generasi yang memiliki ketrampilan penguasaan teknologi yang tinggi. Sehingga mereka hanya perlu diberikan pemahaman etika dan undang-undang untuk memastikan penggunaan medsos secara positif,” ujar Devie Rahmawati, Kepala Program Studi Vokasi Komunikasi Universitas Indonesia.

“Studi menunjukkan bahwa bahkan di Amerika sekalipun, masyarakatnya masih sulit membedakan antara Fakta dan Fiksi. Terbukti riset setelah pilpres 2016, lebih dari 60% masyarakat Amerika mengkonsumsi hoax karena hanya membaca judul,” tambah Devie yang pernah menjadi dosen teladan ASPIKOM Jabodetabek 2018. 

“Merangkum berbagai penelitian di dunia, paling tidak ada tiga hal yang mendorong siapapun bisa menjadi agen distributor hoax yaitu 3K yaitu Kepahlawanan, Ketakutan dan Ketenaran. Manusia memiliki naluri dasar ingin selalu menjadi pahlawan dengan menjadi orang pertama yang meneruskan informasi tentang kebaikan misalnya. Rasa inilah yang mendorong orang tidak lagi melakukan verifikasi berita yang diterima. Hal kedua, manusia itu cenderung egois. Ketika menerima informasi yang tidak menyenangkan seperti kabar perihal penyakit dan bencana alam misalnya, manusia akan ketakutan. Karena tidak ingin ketakutan sendirian, lagi-lagi mereka akan dengan cepat menyebarkan info yang belum tentu benar. Yang terakhir, karena manusia modern terobsesi pengakuan melalui likes dan share, maka akhirnya sebagian individu sengaja memproduksi berita bohong demi memperoleh ketenaran dari berita yang di-likes, dikomen dan di-share secara luas di masyarakat,” tandas Devie, penulis 8 buah buku.

Sedangkan Iwan Setiawan menyampaikan bahwa cara untuk mengidentifikasi hoax adalah ketika sebuah informasi bersifat drama, yang membuat sensasi, maka informasi tersebut berpotensi hoax. “segala sesuatu yang too good to be true, perlu kita pertanyakan. Dengan selalu kritis mempertanyakan setiap informasi yang terdengar terlalu indah, maka kita tidak akan mudah terjebak dalam hoax. Dan baiknya kita membiasakan diri untuk menggunakan waku seluas-luasnya untuk hal yang bermanfaat seperti membaca buku,” tambah Iwan yang pernah berkarir memimpin perusahaan riset global di New York, Amerika Serikat.

“Ini kali pertama kami tampil di publik. Kami hanya ingin mengingatkan pada seluruh masyarakat, khususnya kampus, bahwa kami berupaya memberikan warna baru dalam dunia media sosial yang karena politik sering kali menjadi tidak nyaman. Kami sehari-hari pekerjaannya ojol. Kami akan tetap begini walaupun diiming-imingi banyak hal termasuk uang. Karena misi kami adalah menyejukkan dunia medsos,”ujar Yono, tim sukses Capres Fiktif, Dildo.


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER