Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Berita Utama > Pentas Kerakyatan Menjahit Kertas; Tampilkan Sejarah Perjalanan Tubuh Manusia-manusia Madura

Pentas Kerakyatan Menjahit Kertas; Tampilkan Sejarah Perjalanan Tubuh Manusia-manusia Madura

Berita Utama | Minggu, 11 November 2018 | 19:12 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Pentas Kerakyatan Menjahit Kertas; Tampilkan Sejarah Perjalanan Tubuh Manusia-manusia Madura

Pentas Kerakyatan Menjahit Kertas; Tampilkan Sejarah Perjalanan Tubuh Manusia-manusia Madura

Digelar Studio Tedja meneruskan spirit pelukis Tedja Suminar

Surabaya, Kabarindo- Pentas Kerakyatan “Menjahit Kertas” menjadi pertunjukan menarik, karena digelar bukan di gedung teater melainkan di kampung di Jl. Lapangan Darmawangsa 2 Surabaya pada Sabtu (10/11/2018).

Pertunjukan ini merupakan roadshow ke 2 yang digelar Studio Tedja meneruskan spirit pelukis Tedja Suminar. Menjahit Kertas adalah kumpulan memori pertunjukan karya Anwari yang juga sebagai sutradara, sejak bergiat bersama Padepokan Seni Madura pada 2014.

Pertunjukan ini diproduseri oleh Elyda K. Rara dengan para pemain Moh. Irwan Sudarmaji, Samsudin, Sisriyadi, Maulinda Agustini, Hariyanto dan Anton. Mereka berlatar belakang pemain musik Tong Tong. Sedangkan artistiknya adalah H. Abdul Aziz, M. Syafi'i dan Hermanto.

Pertunjukan-pertunjukan yang diambil acak tersebut masih membawa tema besar yaitu sejarah perjalanan tubuh manusia-manusia Madura. Periode dalam pembacaan sejarah perjalanan tubuh di sini adalah dari diri sendiri, kehidupan lelaki-lelaki Madura yang memecah batu, hingga penggunaan ragam bahasa Madura dalam interaksi sehari-hari.

Pada bagian sejarah tubuh Madura membaca dirinya sendiri di sini berfokus pada bagaimana manusia Madura memandang diri dan lingkungan sekitarnya. Ia lahir sebagai anak desa, tumbuh di tanah desa, berkembang di desa, mati pun di desa. Desa tetaplah desa tak akan berubah walau banyak tafsir dari kota, siklus desa ke desa. Obrolannya khas anak desa, pemikirannya khas anak desa, tak perlu didistorsi berlebihan dalam berwacana. Sederhana, santun, apa adanya, ceplas-ceplos. Maka pertunjukan ini dapat dikatakan dari anak desanya, untuk desanya dan demi desanya. Karakteriatik anak desa di sini hadir dengan gaya berakting klasik dalam seni pertunjukan Madura.

Pada bagian selanjutnya yaitu penggunaan ragam bahasa Madura dalam interaksi sehari-hari. Bahasa Madura memiliki keunikan dibandingkan bahasa-bahasa lain, terutama dari segi intonasinya. Bahkan orang sering berkelakar menggunakan intonasi bahasa Madura yang dilebih-lebihkan. Namun sebenarnya bahasa Madura memiliki ragam yang menarik dilihat dari penggunaan bahasa klasiknya, yang masih ditulis di kitab-kitab kuno atau digunakan dalam mamaca (tembang tradisi Madura). Ragam ini jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari, namun mengisi ruang interaksi sosial dengan kehadirannya lewat mamaca.

Ragam lainnya adalah dialog sehari-hari yang digunakan di rumah, lingkungan sekitar rumah, pasar hingga di perantauan yang menjadi kebiasaan manusia Madura. Ragam-ragam tersebut digunakan sebagai bagian penting pertunjukan seperti pola-pola gerak tubuh yang juga cukup penting di pertunjukan ini. Beberapa peristiwa di atas dirangkai dan dihadirkan dalam sebuah garis lurus yaitu perjumpaan tubuh Madura dengan sejarah diri dan lingkungan.

Beberapa peristiwa di atas dirangkai dan dihadirkan dalam sebuah garis lurus yaitu perjumpaan tubuh Madura dengan sejarah diri, lingkungan dan perubahan dari luar.

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER